Oleh : Nadhifa Husna
Apa syukuran tani itu ?
Apa syukuran tani itu ?
Syukuran
tani adalah suatu kegiatan dimana masyarakat berbondong-bondong dan berkumpul
di jalan dekat sawah untuk melakukan selametan
(syukuran) sebelum mulai tanam padi. Masing-masing masyarakat petani membawa
makanan berupa nasi putih, urap/gudangan, opor ayam, krupuk dan jajanan dari
hasil bumi, seperti singkong rebus, kacang rebus dan lain-lain.
Makanan yang
dibawa tersebut selanjutnya dimakan bersama-sama. Sebelum acara makan bersama
dimulai, terlebih dahulu diadakan do’a bersama yang dipimpin oleh orang yang
dianggap mumpuni dan religious.
Kapan dilakukan syukuran tani itu ?
Syukuran tani biasanya dilakukan pada pukul 06.00 WIB
sampai dengan 10.00 WIB. Acara syukuran tani tersebut dihadiri oleh tokoh
masyarakat, petani dan penyuluh pertanian di wilayah tersebut. Kemudian melakukan do’a bersama agar tanaman
tumbuh sehat, terhindar dari hama dan penyakit serta hasil panennya melimpah.
Apa nilai luhur yang terkandung dalam syukuran tani ?
Syukuran Tani membawa dampak positif bagi masyarakat. Nilai luhur yang ada pada syukuran tani
adalah sebagai berikut :
1. Membentuk Integrasi Kelompok
Syukuran tani sebelum mulai menanam padi melibatkan seluruh lapisan
masyarakat yang secara jelas menciptakan integrasi kelompok. Hal ini dapat membangun
kebersamaan dan kerukunan antar petani dan antar kelompok petani dengan
masyarakat sehingga memperkokoh rasa persatuan masyarakat. Hal ini sesuai
dengan pendapat http://watoekali.wordpress.com (2012) yang menyatakan bahwa integrasi sangat dibutuhkan dalam
suatu masyarakat karena sebagai kekuatan bagi masyarakat dalam menghadapi permasalahan-permasalahan sosial
yang timbul, baik permasalahan intern maupun ekstern.
Syukuran Tani di Desa Korowelanganyar
Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal
2. Tanam
padi bisa serempak
Masyarakat Jawa mengenal hari baik, dimana di
hari tersebut masyarakat dapat melakukan pekerjaannya. Dalam proses penanaman
padi juga mengenal hari yang baik, kapan melakukan penanaman dan kapan memetik
hasil panen. Hal ini secara tidak langsung terjadi pengaturan waktu penanaman. Dengan adanya konsensus atau kesepakatan, tanam padi
dapat serempak dalam satu musim tanam.
Hal ini akan meminimalkan serangan hama dan penyakit.
3. Mitos dan Pelestarian Lingkungan
Masyarakat percaya pada mitos bahwa
dengan meletakkan daun pisang yang digunakan sebagai alas makanan pada syukuran
tani maka tanamannya akan tumbuh subur. Menurut kacamata Ilmu pengetahuan daun
merupakan bahan organik. Daun yang diletakkan pada lahan dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik yang dapat menambah unsur hara tanah, memperbaiki
struktur tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air, serta memperbaiki
kehidupan biologis dalam kimia tanah.
Dengan kondisi tanah tersebut maka tanaman dapat tumbuh subur. Hal ini dapat bertujuan untuk melestarikan
lingkungan. Menurut http://watoekali.wordpress.com (2012) mitos menjadi bagian dari sistem kepercayaan
masyarakat. Sistem kepercayaan yang dimiliki suatu masyarakat tentu akan
berpengaruh pula pada pola pikir dan tingkah laku yang nantinya berujung pada
cara-cara pengelolaan lingkungan.
Makanan
yang Beralaskan Daun Pisang pada Syukuran Tani Desa Korowelangkulon Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal
4.
Spiritualitas
Nilai syukuran tani yang
lain adalah nilai spiritualitas.
Syukuran tani diartikan sebagai ucapan
terimakasih pada Tuhan Yang
Maha
Esa. Pengalaman
religius ini merupakan
bentuk kepercayaan dan penghayatan kepada yang Maha Pencipta, Yang Maha
Tunggal. Yang Maha Tunggal menjadikan spirit bagi manusia untuk selalu berbuat
kebajikan, bersikap penuh kasih, dan menumbuhkan etos kerja yang tinggi.
Masyarakat Jawa mempercayai dan meyakini bahwa pengalaman religius sebagai
wahana untuk bersikap spiritual sehingga ada keharmonisan antara dunia dengan
manusia.
Bagaimana cara mempertahankan kearifan lokal syukuran tani ?
Bagaimana cara mempertahankan kearifan lokal syukuran tani ?
a.
Membangun Kesadaran Masyarakat tentang
Kearifan Lokal.
Kesadaran akan peranan kearifan lokal sangat penting di dalam menghadapi
permasalahan. Menurut http://watoekali.wordpress.com (2012), Kesadaran, kepedulian, dan sikap tanggung jawab diperlukan
dalam menjaga kelestarian lingkungan. Sadar bahwa lingkungan merupakan hal
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Peduli untuk melestarikan dan menjaga
lingkungan, serta kegiatan manusia harus disertai rasa tanggung jawab terhadap
alam.
b. Memasukkan
Kearifan Lokal pada Kurikulum Pendidikan
Pendidikan merupakan media dimana
dalam proses pembelajaran ditanamkan nilai-nilai (http://watoekali.wordpress.com, 2012). Dalam memberdayakan kearifan lokal dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya muatan lokal.
Sedangkan untuk menanamkan nilai-nilai kelingkungan dapat dilakukan dengan hal
yang sama maupun dengan mata pelajaran khusus, seperti pendidikan kelingkungan
hidup maupun
ekologi manusia.
Pendidikan tidak hanya di dalam
bangku sekolah. Pendidikan yang lebih penting adalah pendidikan sejak dini yang
dimulai dari keluarga dengan memperkenalkan kearifan lokal dan menanamkan peduli lingkungan kepada anggota keluarga. Pada syukuran tani biasanya ibu-ibu petani
membawa anak-anaknya. Hal ini sebagai
media pembelajaran tentang kearifan lokal syukuran tani tersebut kepada
generasi penerus.
c. Peran Pemerintah
Peran pemerintah dapat diwujudkan
dengan cara menghadiri acara Syukuran Tanni di desa tersebut. Dalam hal ini Penyuluh di wilayah binaan
sebaiknya ikut menghadiri acara syukuran tani di desa tersebut, kemudian
dilanjutkan dengan memberikan materi penyuluhan yang berkaitan dengan cara
menanam padi yang baik.
Selain itu pemerintah bisa
mengadakan festival yang berkaitan dengan syukuran tani, sehingga dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Misalnya festival “memedi manuk” atau “orang-orangan sawah”
sebagai bentuk kesadaran dan kepedulian kepada nilai-nilai kejuangan
petani.
“memedi manuk” atau “orang-orangan sawah”
Para
petani tempo dulu telah mampu membangun ketahanan pangan dan memiliki karakter
yang kuat tercermin dalam jati diri seorang petani dengan membentuk wujud
dirinya berupa “wong-wongan sawah atau memedi manuk” (http://ecotourisme.wordpress.com, 2012). Dijelaskan
lebih lanjut bahwa “memedi manuk” adalah jelmaan
sang petani yang selalu berada di sawah, mewakili/simbol jati diri petani
yang mampu menghalau dan menakut-nakuti musuh petani. Harapannya adalah semua
tanaman aman dan dapat memetik hasil panen yang melimpah.
d. Peran Masyarakat
Peran masyarakat dapat diwujudkan
dengan melestarikan syukuran tani. Dalam hal ini masyarakat selalu melaksanakan
syukuran tani sebelum mulai menanam padi sebagai bentuk kearifan lokal.
Akhirnya,
semua harus peduli dan harus ikut serta dalam mempertahankan kearifan lokal
dari pengaruh global, sehingga terwujud masyarakat yang sejahtera, memiliki
daya tahan pangan, memiliki karakter yang kuat serta mampu mempertahankan
kedaulatan pangan.
Reference :
Reference :
http://watoekali.wordpress.com/2012/04/19/kearifan-lokal-masyarakat-jawa-dan-kelestarian-lingkungan/
Sumber gambar : Dokumentasi pribadi (2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar