Kamis, 15 Agustus 2013

Kearifan Lokal : Syukuran Tani



 

Oleh : Nadhifa Husna

Apa syukuran tani itu ?
Syukuran tani adalah suatu kegiatan dimana masyarakat berbondong-bondong dan berkumpul di jalan dekat sawah untuk melakukan selametan (syukuran) sebelum mulai tanam padi. Masing-masing masyarakat petani membawa makanan berupa nasi putih, urap/gudangan, opor ayam, krupuk dan jajanan dari hasil bumi, seperti singkong rebus, kacang rebus dan lain-lain.  
Makanan yang dibawa tersebut selanjutnya dimakan bersama-sama. Sebelum acara makan bersama dimulai, terlebih dahulu diadakan do’a bersama yang dipimpin oleh orang yang dianggap mumpuni dan religious.

Kapan dilakukan syukuran tani itu ?
Syukuran tani biasanya dilakukan pada pukul 06.00 WIB sampai dengan 10.00 WIB. Acara syukuran tani tersebut dihadiri oleh tokoh masyarakat, petani dan penyuluh pertanian di wilayah tersebut.  Kemudian melakukan do’a bersama agar tanaman tumbuh sehat, terhindar dari hama dan penyakit serta hasil panennya melimpah.
Apa nilai luhur yang terkandung dalam syukuran tani ?
Syukuran Tani membawa dampak positif bagi masyarakat.  Nilai luhur yang ada pada syukuran tani adalah sebagai berikut :
1.   Membentuk Integrasi Kelompok
Syukuran tani sebelum mulai menanam padi melibatkan seluruh lapisan masyarakat yang secara jelas menciptakan integrasi kelompok. Hal ini dapat membangun kebersamaan dan kerukunan antar petani dan antar kelompok petani dengan masyarakat sehingga memperkokoh rasa persatuan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat http://watoekali.wordpress.com (2012) yang menyatakan bahwa integrasi sangat dibutuhkan dalam suatu masyarakat karena sebagai kekuatan bagi masyarakat dalam menghadapi permasalahan-permasalahan sosial yang timbul, baik permasalahan intern maupun ekstern.

 Syukuran Tani di Desa Korowelanganyar Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal
2. Tanam padi bisa serempak
Masyarakat Jawa mengenal hari baik, dimana di hari tersebut masyarakat dapat melakukan pekerjaannya. Dalam proses penanaman padi juga mengenal hari yang baik, kapan melakukan penanaman dan kapan memetik hasil panen. Hal ini secara tidak langsung terjadi pengaturan waktu penanaman. Dengan adanya konsensus atau kesepakatan, tanam padi dapat serempak dalam satu musim tanam.  Hal ini akan meminimalkan serangan hama dan penyakit.
3. Mitos dan Pelestarian Lingkungan
Masyarakat percaya pada mitos bahwa dengan meletakkan daun pisang yang digunakan sebagai alas makanan pada syukuran tani maka tanamannya akan tumbuh subur. Menurut kacamata Ilmu pengetahuan daun merupakan bahan organik. Daun yang diletakkan pada lahan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dapat menambah unsur hara tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya serap tanah terhadap air, serta memperbaiki kehidupan biologis dalam kimia tanah.  Dengan kondisi tanah tersebut maka tanaman dapat tumbuh subur.  Hal ini dapat bertujuan untuk melestarikan lingkungan. Menurut http://watoekali.wordpress.com (2012) mitos menjadi bagian dari sistem kepercayaan masyarakat. Sistem kepercayaan yang dimiliki suatu masyarakat tentu akan berpengaruh pula pada pola pikir dan tingkah laku yang nantinya berujung pada  cara-cara pengelolaan lingkungan.


Makanan yang Beralaskan Daun Pisang pada Syukuran Tani Desa Korowelangkulon Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal
4. Spiritualitas
Nilai syukuran tani yang lain adalah nilai spiritualitas.  Syukuran tani diartikan sebagai ucapan terimakasih pada Tuhan Yang Maha Esa. Pengalaman religius ini merupakan bentuk kepercayaan dan penghayatan kepada yang Maha Pencipta, Yang Maha Tunggal. Yang Maha Tunggal menjadikan spirit bagi manusia untuk selalu berbuat kebajikan, bersikap penuh kasih, dan menumbuhkan etos kerja yang tinggi. Masyarakat Jawa mempercayai dan meyakini bahwa pengalaman religius sebagai wahana untuk bersikap spiritual sehingga ada keharmonisan antara dunia dengan manusia. 

Bagaimana cara mempertahankan kearifan lokal syukuran tani ? 
a.  Membangun Kesadaran Masyarakat tentang Kearifan Lokal.
Kesadaran akan peranan kearifan lokal sangat penting di dalam menghadapi permasalahan. Menurut http://watoekali.wordpress.com (2012), Kesadaran, kepedulian, dan sikap tanggung jawab diperlukan dalam menjaga kelestarian lingkungan. Sadar bahwa lingkungan merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup manusia. Peduli untuk melestarikan dan menjaga lingkungan, serta kegiatan manusia harus disertai rasa tanggung jawab terhadap alam.
b. Memasukkan Kearifan Lokal pada Kurikulum Pendidikan
Pendidikan merupakan media dimana dalam proses pembelajaran ditanamkan nilai-nilai (http://watoekali.wordpress.com, 2012). Dalam memberdayakan kearifan lokal dapat dilakukan dengan mengintegrasikan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya muatan lokal. Sedangkan untuk menanamkan nilai-nilai kelingkungan dapat dilakukan dengan hal yang sama maupun dengan mata pelajaran khusus, seperti pendidikan kelingkungan hidup maupun ekologi manusia.
Pendidikan tidak hanya di dalam bangku sekolah. Pendidikan yang lebih penting adalah pendidikan sejak dini yang dimulai dari keluarga dengan memperkenalkan kearifan lokal dan menanamkan peduli lingkungan kepada anggota keluarga.  Pada syukuran tani biasanya ibu-ibu petani membawa anak-anaknya.  Hal ini sebagai media pembelajaran tentang kearifan lokal syukuran tani tersebut kepada generasi penerus.
c. Peran Pemerintah
Peran pemerintah dapat diwujudkan dengan cara menghadiri acara Syukuran Tanni di desa tersebut.  Dalam hal ini Penyuluh di wilayah binaan sebaiknya ikut menghadiri acara syukuran tani di desa tersebut, kemudian dilanjutkan dengan memberikan materi penyuluhan yang berkaitan dengan cara menanam padi yang baik.
Selain itu pemerintah bisa mengadakan festival yang berkaitan dengan syukuran tani, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Misalnya festival “memedi manuk” atau “orang-orangan sawah” sebagai bentuk kesadaran dan kepedulian kepada nilai-nilai kejuangan petani.  
 “memedi manuk” atau “orang-orangan sawah”
Para petani tempo dulu telah mampu membangun ketahanan pangan dan memiliki karakter yang kuat tercermin dalam jati diri seorang petani dengan membentuk wujud dirinya berupa “wong-wongan sawah atau memedi manuk” (http://ecotourisme.wordpress.com, 2012).  Dijelaskan lebih lanjut bahwa “memedi manuk” adalah jelmaan sang petani yang selalu berada di sawah, mewakili/simbol  jati diri petani yang mampu menghalau dan menakut-nakuti musuh petani. Harapannya adalah semua tanaman aman dan dapat memetik hasil panen yang melimpah.
d. Peran Masyarakat
            Peran masyarakat dapat diwujudkan dengan melestarikan syukuran tani. Dalam hal ini masyarakat selalu melaksanakan syukuran tani sebelum mulai menanam padi sebagai bentuk kearifan lokal.
Akhirnya, semua harus peduli dan harus ikut serta dalam mempertahankan kearifan lokal dari pengaruh global, sehingga terwujud masyarakat yang sejahtera, memiliki daya tahan pangan, memiliki karakter yang kuat serta mampu mempertahankan kedaulatan pangan.

Reference :
http://watoekali.wordpress.com/2012/04/19/kearifan-lokal-masyarakat-jawa-dan-kelestarian-lingkungan/
  
Sumber gambar : Dokumentasi pribadi (2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar