Sabtu, 19 Juli 2014

Budidaya Bawang Merah

Oleh : Nadhifa Husna




Bagaimana Pola Tanam Bawang Merah itu ?
Pola tanam bawang merah disesuaikan dengan tujuan penanaman, yaitu bawang merah konsumsi dan bawang merah bibit (Karno, 2011).  Dijelaskan lebih lanjut bahwa rotasi tanam sangatlah penting  serta  pengelolaaan tanam secara serempak akan menjamin kesuburan tanah dan pengendalian hama dan penyakit. Produktifitas lahan yang tinggi perlu diupayakan dengan menjaga tanah tidak boleh dibiarkan memiliki salinitas tinggi dan drainase jelek.
Bagaimana Pengolahan Tanah Bawang Merah itu ?
Pengolahan tanah pada umumnya dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya bawang merah (Karno, 2011).
a.  Pemanfaatan lahan berat (struktur liat)
Tanah liat memiliki daya pegang yang kuat terhadap air, maka pembuatan got/saluran drainase memegang peranan penting bagi pertumbuhan bawang merah (Karno, 2011)Dijelaskan lebih lanjut bahwa pembuatan got keliling, got antar bedengan, kedalaman got dan lebar bedengan harus mampu menjamin kelembaban tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh bawang merah.
Menurut Karno (2011), pada umumnya pengolahan tanah pada tanah liat adalah dengan menggunakan sistim cemplong dengan pengolahan sebagai berikut:
a.  Tanah dicangkul atau dibajak tipis
b.  Pembuatan got keliling dengan lebar 40 cm dan kedalaman 90-100 cm.
c.  Cemplong  (got) jarak antar bedengan 60 cm dan dalam 30 – 40 cm dan tanah dinaikkan ke atas petak. Sedangkan lebar bedengan 2900 cm.
d.  Cecel (kecrik) pada tanah yang telah dinaikkan  dari tanah hasil cemplong yang telah dikeingkan.
e.  Cecel II (kecrik II)  pada tanah yang telah dikecrik I sehingga diperoleh gumpalan tanah yang lebih kecil.
f.  Perataan tanah dengan cangkul sehingga diperoleh hasil tanah yang bertekstur remah.
g.  Sosrok, membuat jarak tanam yang disesuaikan dengan diameter umbi bibit, makin besar umbi bibit maka makin jarang jarak tanam.
b.  Pemanfaatan lahan ringan (struktur berpasir)
Menurut Karno (2011), tanah ringan memiliki sifat kemampuan ikat pada air lebih kecil, maka pemanfaatan lahan dapat menggunakan sistem bedeng dengan kedalaman saluran drainase yang lebih dangkal dan lebar saluran drainase yang lebih sempit.  Dijelaskan lebih lanjut bahwa pembuatan got keliling harus lebih dalam dari pada saluran drainase antar bedengan guna menampung lapisan tanah atas yang ikut larut selama pengairan lahan tanaman bawang merah.
a.  Tanah dicangkul/dibajak sedalam 30 cm, dan dipetak-petak
b.  Bedengan dibuat dengan ukuran 1 – 2 m dan panjang disesuaikan.
c.  Dibuat parit tepi (saluran drainase) di sekeliling petak dengan ukuran  lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm.
d.  Got (saluran air) dalam petak, lebar 50 cm dan dalam 40 cm.
e.  Tanah diratakan dan dibuat bagian tengan agak tinggi (geger welut)
f.  Membuat jarak tanam disesuaikan dengan diameter bibit, makin besar bibit maka lebih besar jarak tanam. Menurut Noor (2012), jarak tanam bawang merah sekitar 20 cm x 15 cm atau 15 cm x 15 cm. Dijelaskan lebih lanjut bahwa pemberian pupuk kandang pada pengolahan tanah sekitar 10-20 ton/ha.
Bagaimana Penanaman Bawang Merah itu ?
Menurut Karno (2011), sebelum dilakukan penanaman maka perlu dilakukan perlakuan pemotongan ujung umbi.  Dijelaskan lebih lanjut bahwa pemotongan ujung umbi bibit ini dimaksudkan untuk membuang penghambat tumbuh tunas umbi yang berada pada ujung umbi.  Pemotongan ujung umbi ditentukan atas dasar lama penyimpanan bibit atau masa dormansi.  Besar pemotongan ujung umbi ditentukan oleh varietas dan lama penyimpanan, semakin lama masa penyimpanan maka semakin sedikit pemotongan ujung umbinya.
Tabel 1.  Panjang Pemotongan Ujung Umbi Bawang Merah
No.
Varietas
Lama penyimpanan
Bulan
Panjang pemotongan ujung Umbi
1.
Ex. Philipina
1 – 2
Dipotong  30 %


3 – 4
Dipotong  20 %


4 – 6
Dipotong  10 %


7 – 8
Dibuang kuncupnya




2.
Bauji
1
Dipotong  20 %


2
Dipotong  10%


3-4
Dibuang kuncupnya
Sumber : Karno (2011)
a.  Pembuatan lubang tanam
Pembuatan lubang tanam  dengan menggunakan sosrok dengan kedalaman disesuiakan dengan panjang bibit, semakin panjang ukuran bibit maka semakin dalam pembuatan lubang, demikian sebaliknya (Karno, 2011).
b.  Pembenaman
Pembenaman umbi diupayakan sampai ¾ bagian umbi masuk kedalam lubang yang telah disiapkan sebelumnya. Jarak tanam pada musim kemarau 15 x 15 cm dan pada musim hujan 15 x 20 cm (Karno, 2011).  Ujung umbi bagian atas tampak rata dengan permukaan tanah (Noor, 2012).
c.  Perlakuan bibit
Sebelum umbi dibenamkan dapat dilakukan pencampuran dengan PGPR, 2 jam sebelum tanam  bibit bawang merah yang siap ditanam disemprot  merata dengan larutan PGPR dengan dosis 10 cc/ltr air (Karno, 2011). Dijelaskan lebih lanjut bahwa hal ini digunakan sebagai perangsang tumbuh juga untuk mengendalikan penyakit akar dan moler.
PGPR (Plant Growth Promoting Rizobacteria) adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman (Hogantara, 2013). Dijelaskan lebih lanjut bahwa bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat menguntungkan. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya.
Bagaiman Pemupukan Bawang Merah itu ?
Dosis pemupukan bervariasi tergantung dengan situasi setempat (Karno, 2011).  Pupuk Organik diberikan saat pengolahan tanah dengan dosis 10 -20 ton/ha (Noor, 2012).  Dijelaskan lebih lanjut bahwa pupuk anorganik diberikan saat tanaman berumur 10-15 hari dengan dosis 90-120 kg/ha P, 120-150 kg/ha N, dan 100-120 kg/ha K.
Menurut Karno (2011), apabila kelebihan Urea atau ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, akan tetapi jika kurang, pertumbuhan terhambat dan daunnya menguning pucat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil. Pemupukan dapat diberikan sebanyak tiga kali, yaitu satu kali pupuk dasar dan dua kali pupuk susulan (Tabel 1.).

Tabel 2. Pemupukan Bawang Merah
No
Pemupukan
Jenis
Dosis
Aplikasi
1.
Dasar
Organik/bokashi
2 – 5 ton/ha
Sebelum/saat tanam


Urea
20 – 40 kg/ha
Sebelum/saat tanam


ZA
70 – 150 kg/ha
Sebelum/saat tanam


SP-36/superphost
150 – 250 kg/ha
Sebelum/saat tanam


atau




NPK (15-15-15)
200 kg/ha
Sebelum/saat tanam





2.
Susulan I
Urea
50 – 90 kg/ha
14 hari setelah tanam


ZA
100 – 200 kg/ha
14 hari setelah tanam


KCl
100 – 140 kg/ha
14 hari setelah tanam


Atau




NPK (15-15-15)
200 kg/ha
14 hari setelah tanam





3.
Susulan II
Urea
30 – 70 kg/ha
28 hari setelah tanam


ZA
70 – 150 kg/ha
28 hari setelah tanam


KCL
120 -  170 kg/ha
28 hari setelah tanam


Atau




NPK (15-15-15)
150 kg/ha
28 hari setelah tanam





Total pemupukan
Jenis
Jumlah



Organik/bokashi
2 – 5 ton/ha



Urea
100 – 200 kg/ha



ZA
240 – 500 kg/ha



SP-36/Superphost
150 – 250 kg/ha



atau




NPK (15-15-15)
550 kg/ha

Sumber : Karno (2011)

Bagaiman Perawatan Bawang Merah itu ?
Perawatan tanaman bawang merah meliputi pembenahan bibit, penyiangan, pendangiran, pembenahan tembok/galeng bedeng, pengairan  dan pemberantasan OPT (Karno, 2011).
a.  Pembenahan bibit
Pembenahan umbi bibit segera dilakukan jika terdapat bibit yang tidak berada  pada lubang tanam akibat pendistribusian air (ebor), atau bibit yang terbalik dan  bibit yang tidak dapat tumbuh karena kesalahan pemotongan ujung (bodong), hal ini bibit dapat dipotong ulang atau diganti bibit yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b.  Penyiangan
Penyiangan perlu dilakukan jika terdapat tumbuhan pengganggu. Hal ini agar tanaman agar tanaman terlindungi dari gangguan rumput-rumput liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman bawang merah (Karno, 2011). 
Gulma/rumput dapat menganggu tanaman utama karena a) Terganggunya perakaran tanaman, b) Terganggunya penyerapan unsur hara/persaingan makan, c) Terganggunya ekologi mikro (sinar matahari terganggu dan kelembaban tinggi) dan d) Dapat menjadi inang hama dan penyakit bawang merah.
c.  Pendangiran
Pendangiran dilakukan dengan tujuan agar tanah disekitar pertanaman tetap gembur sehingga penetrasi akar menjadi mudah, mengatur kelembaban tanah dan mempertiinggi jumlah pori-pori tanah sehingga udara dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan pernafasan bawang merah (Karno, 2011).  
Menurut Karno (2011), dalam melakukan pendangiran perlu dilakukan secara hati-hati agar tanaman tidak terungkit keluar atau tanaman menjadi layu, dan diupayakan kedalaman cukup serta tanah  hasil pendangiran dibumbunkan dipangkal batang tanaman bawang merah, agar  batang berubah menjadi besar dalam bentuk umbi.
Pendangiran sebaiknya dilakukan pada fase pertumbuhan batang, yaitu setelah umur 20 hari setelah tanam, yaitu dengan cara 2 s/d 3 sebelum dan sesudah pendangiran pemberian air dihentikan. Pendangiran tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan ke II, agar pupuk terbenam kedalam tanah.
 d.  Pembenahan tembok galeng
Pembenahan tembok galeng pada bedengan  perlu dilakukan agar : a)  Mencegah erosi permukaan akar, b) Mencegah larutnya pupuk dari media tanam, c) Mencegah rusaknya petakan media tanam, d) Dapat menampung air yang diberikan pada saat ebor (Karno, 2011). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pembenahan tembok galeng ini perlu dilakukan setiap saat terjadi kerusakan sampai menjelang masa panen.
e.  Pengairan
Menurut Karno (2011), pemberian air dilakukan berdasar fase pertumbuhan bawang merah, seperti diketahui bawang merah terdapat tiga fase pertumbuhan, yaitu :
1.  Fase pertumbuhan awal  (0 – 10 hari setelah tanam)
Pada fase pertumbuhan awal pengairan diberikan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.  Penyiraman di pagi hari diusahakan sepagi mungkin di saat daun bawang merah masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit.  Penyiraman sore hari dapat dihentikan jika prosentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %.
Air yang digunakan diusahakan bebas dari penyakit bawang merah juga dihindari air dengan salinitas tinggi,  dan tinggi permukaan air dalam canal (got) dipertahankan 20 cm dari permukaan bedeng tanaman.
 2.  Fase pertumbuhan vegetative (11 – 35 hari setelah tanam)
Penyiraman atau pengairan dilakukan satu hari sekali yaitu pada pagi hari, dan jika ada hujan rintik-rintik dan ada serangan thrips dilakukan penyiraman pada siang hari.
3.  Fase pembentukan umbi (36 – 50 hari setelah tanam)
Pada fase ini dibutuhkan air yang cukup untuk pembentukan umbi, maka pada musim kemarau perlu dilakukan pengairan sehari dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari.
4.  Fase pematangan umbi (51 – 65 hari setelah tanam)
Pada fase ini tidak dibutuhkan banyak air maka penyiraman dapat disesuaikan dengan keadaan tanaman.
 
Gambar 1. Lahan praktek SL_PHT Bawang Merah
Reference :  

Hogantara, Fajar Rizky.  2013. PGPR (Plant Growth Promoting Rizobacteria).  dalam: http://fajarrizkyashtercytin.wordpress.com/2013/03/31/pgpr-plant-growth-promoting-rizobacteria/. Diakses tanggal 6 Juni 2014.
Karno. 2011.  Budidaya Bawang Merah. dalam: http://epetani.deptan. go.id/budidaya/budidaya-bawang-merah-2587. Diakses tanggal 30 Mei 2014.
Noor, Isran. 2012.  Buku Pintar Penyuluh Pertanian. Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia, Jakarta.

Sumber gambar :   
Dokumentasi pribadi (2014) @ SL-PHT Bawang Merah Desa Jatirejo Kecamatan  Ngampel Kabupaten Kendal