Oleh : Nadhifa Husna
Apa silase jerami itu ?
Apa silase jerami itu ?
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di
proses dari bahan baku yang berupa tanaman hijauan, limbah industri
pertanian, serta bahan pakan alami lainya, dengan jumlah kadar / kandungan air
pada tingkat tertentu kemudian di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup
rapat kedap udara, yang biasa disebut dengan “Silo”, selama kurang lebih tiga
minggu.
Di dalam silo tersebut tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana “bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadilah proses fermentasi. Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat di simpan untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.
Di dalam silo tersebut tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana “bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadilah proses fermentasi. Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat di simpan untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.
Apa silo itu ?
Silo adalah tempat untuk membuat
silase yang berbentuk menara diatas tanah atau lubang di bawah tanah (Wahid,
2010). Menurut http://foragri.blogsome.com (2012), Yang disebut silo, bisa
berupa bangunan permanen berupa tembok, beton, besi, seng atau bahan lain.
Namun silo bisa hanya berupa lubang yang diberi alas plastik. Silo permanen
biasanya digunakan untuk menyimpan bahan pangan. Misalnya gabah, jagung,
gandum, kedelai dll.
Apa bahan baku Silase itu ?
Bahan
baku silase merupakan pemanfaatan sumber daya pertanian tanaman pangan dalam bentuk
limbah sebagai sumber pakan ternak merupakan langkah effisiensi mengatasi
kekurangan produksi rumput. (http://improvekertas.blogspot.com, 2012).
Menurut Wahid (2010) silase biasanya digunakan untuk menyimpan rumput segar yang
produksinya berlebihan agar kualitasnya tetap baik. Namur tidak menutup
kemungkinan bahwa jerami padi yang masih hijau segar yang diperoleh langsung
setelah panen dapat diawetkan dengan cara silase. Walaupun hasil silase jerami
segar tidak dapat meningkatkan kandungan protein ataupun daya cernanya,
tetapi kualitas jerami hasil silase sama baiknya dengan jerami segar yang pasti
lebih baik dari jerami kering.
Menurut http://foragri.blogsome.com (2012), Bahan silase terbaik
adalah rumput gajah/raja (Penisetum purpureum) dan rumput benggala
(Pinicum maximum) hasil budidaya. Bahan terbaik lain adalah batang jagung
(tebon) muda, atau tebon hasil budidaya baby/sweetcorn. Sebab tebon
babycorn/sweetcorn, daunnya masih hijau dan batangnya juga masih sangat
lunak. Rumput liar yang heterogen pun, sebenarnya bisa pula dijadiken
silase. Demikian pula halnya dengan jerami padi, batang/daun kacang tanah dan
ubi jalar. Di Lampung, kulit singkong dan nanas pun dijadikan silase untuk
pakan sapi. Di Malaysia, pelepah dan daun sawit tua juga dicacah dan dijadikan
silase. Hingga sebenarnya, bahan untuk dijadikan silase sangat beragam.
Tergantung kejelian kita dalam menemukan dan memanfaatkan limbah pertanian
tersebut.
Apa tujuan pembuatan silase jerami itu ?
Pembuatan
silase bisa dipraktekkan dengan
tujuan dan manfaat:
1. Untuk mensiasati persediaan makanan ternak
pada musim kemarau
2. Untuk menampung kelebihan Hijauan Makanan Ternak pada musim penghujan agar bisa dimanfaatkan secara optimal.
3. Untuk mendayagunakan limbah hasil ikutan daru pertanian /perkebunan seperti jerami padi /jagung.
4. Nilai gisi silase setara dengan hijauan dan bahkan bisa lebih dengan adanya bahan tambahan.
5. Disukai oleh ternak dan nilai kecernaannyan meningkat.
6. Ketersediaannya tidak dipengaruhi oleh musim.
2. Untuk menampung kelebihan Hijauan Makanan Ternak pada musim penghujan agar bisa dimanfaatkan secara optimal.
3. Untuk mendayagunakan limbah hasil ikutan daru pertanian /perkebunan seperti jerami padi /jagung.
4. Nilai gisi silase setara dengan hijauan dan bahkan bisa lebih dengan adanya bahan tambahan.
5. Disukai oleh ternak dan nilai kecernaannyan meningkat.
6. Ketersediaannya tidak dipengaruhi oleh musim.
Manurut Jajo (2008), tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan
mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa
mendatang. Dijelaskan lebih lanjut bawa silase dibuat jika produksi hijauan dalam jumlah yang banyak
atau pada fase pertumbuhan hijauan dengan kandungan zat makanan optimum.
Dibandingkan pengawetan dengan pembuatan hay, pembuatan silase lebih mempunyai
keunggulan karena kuarng tergantung pada kondisi cuaca harian.
Bagaimana prinsip pembuatan silase ?
Prinsip
dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob dan asam dalam waktu
singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh kondisi tersebut yaitu
menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang membantu
menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen kedalam silo dan menghambat
pertumbuhan jamur selama penyimpanan.
Fermentasi
silase dimulai saat oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri
menggunakan karbohidrat mudah larut untuk menghasilkan asam laktat dalam
menurunkan pH silase. Tanaman di lapangan mempunyai pH yang bervariasi antara 5
dan 6, setelah difermenatsi turun menjadi 3.6- 4.5. Penurunan pH yang cepat
membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob
merugikan seperti enterobacteria dan clostridia. Produksi asam laktat yang
berlanjut akan menurunkan pH yang dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri (Jajo,
2008).
Bagaimana cara membuat silase jerami ?
Bahan :
Silase
jerami sebanyak 30 kg,
EM-4 sebanyak 20 ml (2 tutup botol),
bekatul sebanyak 3
kg (10% dari 30 kg jerami),
molasses sebanyak 500 ml,
air secukupnya.
Alat :
timbangan berdiri untuk menimbang jerami,
timbangan duduk untuk menimbang bekatul,
ember untuk mencampur molasses dan EM4
serta air,
drum plastik untuk silo, katup sebagai pengunci tutup drum.
Cara membuat :
1. Menimbang semua
bahan yaitu jerami padi sebanyak 30 kg, bekatul 3 kg, dan menakar molasses
sebanyak 500 ml dan EM-4 sebanyak 20 ml.
2. Menghamparkan
jerami di atas lantai yang bersih.
3. Mencampur
EM-4 dan molasses, kemudian memercikkan pada jerami secara merata.
4. Menaburkan
bekatul pada jerami secara merata.
5. Menambahkan
air jika tingkat kebasahan campuran kurang dan belum merata.
6. Mengaduk/mencampur
semua bahan secara merata dengan membolak-balikkan jerami.
7. Memasukkan
hasil campuran kedalam drum (silo) sedikit demi sedikit, sambil di padatkan (di
injak-injak), agar udara yang ada dalam drum dapat dikurangi atau dihilangkan
sama sekali.
8. Setelah
semua bahan campuran di masukkan, maka silo di tutup dengan katup serapat
mungkin, agar tidak ada udara yang masuk dan proses ensilase (pembuatan silase)
secara an-aerob berjalan dengan baik.
9. Melakukan
fermentasi selama 1 minggu.
10. Setelah 1
minggu, membuka silo dan mengeluarkan hasil silase jerami padi kemudian
diangin-anginkan sebelum diberikan kepada ternak.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas silase jerami ?
Kualitas
dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor seperti spesies tanaman
yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan bahan kering saat panen,
mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan penggunaan bahan tambahan
(additive) (Jajo, 2008).
Apa Ciri-ciri silase yang baik itu ?
Silase
dapat berkualitas baik bila proses
pembuatan dilakukan secara tepat dan benar. Ciri-ciri silase yang baik adalah : berbau harum agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan, pH berkisar antara 4 sampai
4,5.
Reference :
http://foragri.blogsome.com/produksi-silase-untuk-ternak-ruminansia/. Diakses
tanggal 25 Desember 2012.
http://improvekertas.blogspot.com/2012/03/alternatif-pakan-yang-praktis-dan.html. Diakses tanggal 26 Desember 2012.
http://negerihijaufarm.blogspot.com/2010/10/cara-membuat-silase-bersama-nhf.html. Diakses tanggal 25 Desember 2012.
Jajo. 2008. Prinsip Dasar Pembuatan
Silase
Wahid. 2010. Peningkatan
Kualitas Jerami Melalui Proses Amoniasi Dan Silase Sebagai Pengganti Rumput. Dalam : http://wahidweb.blogspot.com/2010/01/peningkatan-kualitas-jerami-melalui.html. Diakses tanggal 26 Desember 2012.
Sumber gambar : Dokumentasi pribadi (2012)
Special thanks to : Ibu Ir. Andang Andiani Listyowati, M.Si
maaf pak saya dengan artikel ini yang saya tanyakan apakah cukup dengan silase saja kebutuhan akan gisi ternak tercukupi? maksutnya perlu tidak menambahkan konsentrat lagi?
BalasHapusTerima kasih, bapak dwi sartono...
BalasHapussebelumnya maaf, saya adalah ibu, pak... he3x...
Silase adalah hijauan yang diawetkan agar kualitas gizinya terjaga, pak...
Silase bisa dibuat pada saat hijauan berlimpah, yaitu menggunakan bahan rumput segar (silase segar) atau bisa dibuat dari limbah pertanian sebagai pengganti hijauan apabila hijauan itu sulit ditemukan, misalnya pada musim kemarau menggunakan bahan jerami (silase kering)...
Pemberian silase saja belum mencukupi kebutuhan nutrisi ternak, pak... karena sama halnya memberikan hijauan saja, jadi masih perlu di tambahkan konsentrat agar kebutuhan nutrisi ternak tercukupi...
Terima kasih...
mf bu saya mau tanya,
BalasHapus1. apakah proses silase=amoniaisasi/amonisasi ?, kemudian silase=amoniaisasi bisa tidak jika berbahan dasar jerami kedelai yg kering?, dan apakah proses silase tidak bisa meningkatkan daya cerna tetapi amoniaisasi bisa meningkatkan daya cerna karena menurut beberapa artikel amonisasi bisa menigkatkan daya cerna.
Terima kasih, Pak Syifaa . . .
Hapus1. Proses Silase = Pengawetan pakan hijauan, bisa hijauan segar (rumput, daun/legum) maupun hijauan kering (limbah pertanian, seperti jerami padi, jagung dll).
Kalau Proses Amoniasi = Penambahan zat yang mengandung amonia, seperti Amonia, Urine, Urea dll
2. Silase bisa dari bahan dasar jerami kedelai, pak . . . Semua hijauan segar dan hijauan kering bisa...
3. Proses silase hanya menjaga kualitas bahan pakan agar tetap segar dan bisa digunakan untuk cadangan pakan pada musim kemarau. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bisa untuk meningkatkan daya cerna jika dalam pembuatan silase di tambah dengan bahan-bahan aditif lainnya yang berkualitas, Pak . . .
Semoga bermanfaat . . .
Maaf bu mau nanya,
BalasHapusapakah daun gamal juga isa dijadikan bahan untuk silase? Saya pingin beternak kambing dan kebetulan didaerah saya banyak tumbuh pohon gamal
Terima kasih, Pak Teguh . . .
HapusDaun gamal juga bisa dijadikan silase, pak . . . Daun gamal mengandung nutrisi yang dibutuhkan ternak dan disukai ternak kambing.
iya, pak . . . untuk pakan sebaiknya dimanfaatkan potensi lokal yang ada di wilayah bapak... Semoga berhasil beternak kambingnya y, pak...
Amien . . .
untuk aplikasi pemberian silase pada kambing/domba sebaiknya di berikan jam berapa c bu? kalu misal mau subtitusi dengan rumput segar...
BalasHapusTerima kasih, Pak Cahya Setya...
HapusPemberian silase pada ternak harus dilakukan dengan memperhatikan respon ternak. Silase mempunyai aroma dan rasa yang khas, maka tidak semua ternak langsung mempunyai respon yang baik.
1. Pengambilan silase harus dilakukan secara hati-hati, silo harus cepat –cepat ditutup agar udara tidak masuk. Silase paling baik disimpan dalam silo yang berukuran sesuai dengan kebutuhan, sekali ambil isi silo habis. Misalnya setiap hari dibutuhkan 100 kg silase, maka kapasitas silo juga 100 kg.
2. Sebelum diberikan pada ternak silase diangin-anginkan terlebih dahulu, jangan diberikan langsung pada ternak.
3. Untuk ternak yang belum terbiasa makan silase, pemberian dilakukan sedikit-sedikit dicampur dengan hijauan segar yang dikurangi secara bertahap. Jika sudah terbiasa silase dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak setiap hari.
Untuk jamnya berarti disamakan pada saat bapak memberikan rumput segar. Bisa pagi atau sore hari, pak...
Demikian semoga bermanfaat. Sukses selalu beternak kambingnya, pak.. Terima kasih...
Reference :
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/714-pengawetan-hijauan-dengan-cara-silase-untuk-pakan-ternak-ruminansia
Terimakasih mbak atas informasinya, kami dari KUD Pasirjambu sudah menerapkan silase tgersebut, Alhamdulillah dengan adanya silase tersebut, para peternak tidak mengalami kesulitan rumput, apalagi diwaktu musim kemarau seperti sekarang ini. Hanya penggunaan EM diganti dengan Nutrifeed, hasilnya sama bagusnya.
BalasHapusSama-sama, Ibu annthea... Terim kasih...
HapusAlhamdulillah... kami ikut senang, bu...
semoga KUD Pasirjambu dan peternaknya semakin jaya dan sukses. Barokallah...
Terima kasih...
Bukannya golongan kacang-kacangan atau legum kita tidak dianjurkan utuk dibuat silase karena kacang-kacangan mengandung protein yang membuat pembusukan lebih cepat terjadi sehingga hasilnya tidak bagus...
BalasHapusTerima kasih, Ridho Obiets...
HapusGolongan kacang-kacangan (Legum) memang tidak ideal untuk dibuat silase karena kandungan WSC (Water soluble capacity) nya rendah dan memiliki buffering capacity nya tinggi yang menyebabkan protein mudah mengalami proteolysis, rendah kandungan gula, dan tinggi serat.
Agar kegagalan tidak terjadi dan
hambatan-hambatan dapat diatasi, diperlukan modifikasi agar silase sesuai untuk
keperluan di daerah tropis, misalnya kapasitas silo yang lebih kecil, teknik yang lebih sederhana, investasi yang kecil, menggunakan material lokal, aman, dan pengembalian modal cepat.
Dengan demikian legum tetap bisa digunakan untuk pembuatan silase.Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011)yang menyatakan bahwa bahan yang dijadikan silase biasanya berupa hijauan makanan ternak (rumput dan legum) dan hasil tanaman pertanian. Silase dapat dibuat dari satu macam atau campuran beberapa bahan pakan, misalnya campuran jagung dan sorghum, rumput dan leguminosa, beberapa macam leguminosa, beberapa macam rumput maupun biji-bijian.
Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh (2015,) Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproses dari bahan baku berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainnya, dengan jumlah kadar/kandungan air pada tingkat tertentu, kemudian dimasukkan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara yang biasa disebut dengan Silo, selama tiga minggu.
Dalam silo tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadi proses fermentasi.
Menurut Zakariah (2014), Jenis tanaman pun akan sangat memperlihatkan hasil yang berbeda jika dibuat silase. Silase hijauan (seperti rumput gajah dan raja)dibandingkan legum(seperti kaliandra, lamtoro, dan glirisida)akan menghasilkan produksi asam laktat yang berbeda. Silase legum terkadang menghasilkan kadar asam laktat yang rendah dan asam butirat yang lebih tinggi dibandingkan silase rumput.
Sistem buffering capacity pada legum menyebabkan penurunan pH pada silase legum tidak akan secepat penurunan pH pada silase rumput. Buffering capacity adalah faktor penghambat penurunan pH yang dipengaruhi oleh kandungan senyawa gugus amino yang dikandung oleh senyawa protein dan peptida sehingga tanaman legum (seperti glirisida) akan memiliki angka buffering capacity yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rumput.
Demikian semoga bermanfaat. Terima kasih...
Reference:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. 2015. Pengawetan Hijauan Dengan Cara Silase untuk Pakan Ternak Ruminansia. dalam : http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/714-pengawetan-hijauan-dengan-cara-silase-untuk-pakan-ternak-ruminansia
Zakariah, M. Askari. 2014. Peran Bakteri Asam Laktat dalam Proses Silase. dalam : http://www.trobos.com/detail-berita/2014/04/01/68/4471/m-askari-zakariahperan-bakteri-asam-laktat-dalam-proses-silase
Anonim. 2011. Silase untuk Makanan Ternak. dalam : http://rikedumbi.blogspot.co.id/2011/10/silase-untuk-makanan-ternak.html
http://media.unpad.ac.id/thesis/200110/2009/200110097002_2_6684.pdf
Sedikit menambahkan, untuk legum seperti gamal, bisa dibuat silase dengan mengkombinasikannya dengan rumput atau jerami padi, jerami jagung, dll. Penggunaan probiotik semacam EM4 juga tidak wajib. Silase tetap akan jadi tanpa probiotik asalkan diberikan sumber karbohidrat yg cukup (molase atau molase dan bekatul). Hijauan atau rumput dilayukan, dipotong-potong (5-10) cm, diberi tambahan karbohidrat sebagai substrat bakteri (misal
BalasHapustetes/molases, tepung jagung, dedak halus, onggok), kurang lebih 3%-5%, adapula yg menggunakan 8%, lalu dicampur rata, dimasukkan kedalam silo/tong plastik (tempat
penyimpanan), dipadatkan dan ditutup rapat dan setelah 3 minggu, silo dapat dibuka dan siap diberikan kepada ternak. Apabila silase baik dan benar dalam pembuatannya maka dapat bertahan 2-3 tahun selama tetap berada dalam keadaan kedap udara. Semoga membantu.
Terima kasih ilmunya, Bapak Dr. Djoko Daryatmo, SPt., MP
HapusSangat bermanfaat...
Terima kasih juga Bapak berkenan berkunjung di blog ini...
Semoga Bapak senantiasa diberi kemudahan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Dan Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan berkah kepada Bapak sekeluarga.. Aamiin...
Selamat dan Sukses untuk lomba penulisan Makalah pada Seminar Nasional di Universitas Muhammadiyah Purworejo ya, Pak...
Salam hormat dan sungkem dari kami,
anak didik, Bapak...
Nadhifa Husna
Mhhon sharing mbak...di tempat saya banyak rumput gajah dan jerami padi, penginnya di bikin fermentasi. Apakah bahan tsb perlu di keringkan dulu. Brp lama proses fermentasi di buka dan bgmn cara penyimpanan setelah di buka ...mksh (email ; ayeshabudi@gmail.com)
BalasHapusTerima kasih, Bapak Didit Budiharto...
BalasHapusKalau untuk rumput gajah bisa dibuat silase. Dalam hal ini rumput masih segar. Cara membuatnya seperti diatas.
untuk Jerami padi bisa dibuat silase jerami (seperti yang diatas) atau dibuat Amofer Jerami dan Haylase.
Bagaimana cara membuat amofer itu ?
Bahan :
Jerami Padi sebanyak 20 kg,
molasses sebanyak 120 ml (6 lt/1000 kg)
EM-4 sebanyak 80 ml atau 8 tutup botol (4 lt/1000 kg)
Alat :
timbangan berdiri untuk menimbang jerami padi
ember untuk mencampur EM-4 dan molasses
gelas ukur untuk mengukur molasses
drum (silo) untuk tempat fermentasi
Cara membuat :
1. Menimbang semua bahan sesuai dengan ukuran yang ditentukan, yaitu jerami 30 kg, molasses 120 ml dan EM-4 sebanyak 80 ml.
2. Menghamparkan jerami di atas lantai yang bersih.
3. Mencampurkan molasses dan EM-4, kemudian memercikkan pada jerami padi secara merata.
4. Menambahkan air sampai tingkat kebasahan jerami sesuai untuk di fermentasi (tidak terlalu kering atau terlalu basah).
5. Mengaduk/mencampurkan semua bahan secara merata dengan membolak-balikkan jerami.
6. Memasukkan campuran jerami, molasses dan EM-4 kedalam silo, dengan cara sedikit demi sedikit dan di padatkan (di injak-injak).
7. Mendiamkan selama 3 minggu untuk proses fermentasi.
8. Amofer siap diberikan kepada ternak.
Bagaimana cara membuat haylase itu ?
Bahan :
Jerami Padi sebanyak 20 kg,
Starter isi rumen sebanyak 20 lt,
air secukupnya.
Alat :
timbangan berdiri untuk menimbang jerami padi,
ember untuk mencampur starter isi rumen dengan air,
drum (silo) untuk tempat fermentasi dan
sarung tangan untuk mencelupkan jerami ke dalam starter isi rumen.
Cara membuat :
1. Menimbang semua bahan sesuai dengan ukuran yang ditentukan, yaitu jerami padi 30 kg dan starter isi rumen sebanyak 10 lt.
2. Menghamparkan jerami padi di atas lantai
3. Memercikkan starter isi rumen pada jerami padi sampai merata. (Bisa juga dengan mencampur isi rumen dengan air terlebih dahulu, kemudian mencelupkan jerami pada larutan tersebut).
4. Menambahkan air sampai tingkat kebasahan jerami sesuai untuk di fermentasi.
5. Memasukkan campuran jerami dan starter isi rumen ke dalam silo, dengan cara sedikit demi sedikit dan di padatkan.
6. Mendiamkan selama 2 bulan untuk proses fermentasi 7. Haylase siap diberikan kepada ternak.
Cara penyimpanan amofer maupun haylase dengan menggunakan silo (tong plastik) yang tertutup rapat. Bisa tahan sampai 2 tahun apabila penyimpanan dilakukan secara baik dan benar dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan pakan.
Untuk lebih jelasnya bisa membaca postingan kami tentang Amofer dan Haylase (Bulan Agustus 2013)
Demikian semoga bermanfaat dan membantu.
Terima kasih...
Maaf, apakah silase tidak berbahaya bagi ternak yang sedang bunting.. terima kasih
BalasHapusTerima kasih, Bapak Saiful Bagoes...
HapusSilase dari rumput segar tidak berbahaya untuk ternak yang sedang bunting, dengan syarat tidak dicampur dengan bahan lain dan nutrisinya terpenuhi.
Hal ini dikarenakan bahwa yang penting diperhatikan untuk ternak bunting adalah ransum (pakan) dan kesehatan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Jaya (2013)yang menyatakan bahwa ternak bunting yang mendapat pakan yang berkualitas dan berkuantitas baik serta kesehatannya terpelihara dengan baik akan melahirkan ternak yang sehat dan kuat.
Yang tidak dianjurkan adalah silase dengan penambahan bahan lain untuk difermentasi, misal Em4,Starbio, Molases, Dedak dll
Menurut Mukhlis (2013), Pakan fermentasi didapat dengan melakukan fermentasi dengan bakteri seperti Starbio atau EM4 pada bahan baku seperti jerami, rumput kering atau bungkil / ampas. Beberapa cara pembuatan pakan fermentasi antara lain fermentasi jerami, bokashi, fermentasi hijauan dan pakan lengkap.
Berdasarkan pengalaman John (2011), pemberian pakan fermentasi pada ternak kambing yang bunting mengakibatkan kesulitan berdiri, buyutan dan air susu sedikit, bahkan berakibat kematian.
Akan lebih baik jika ternak yang bunting diberikan hijauan berupa rumput segar dan konsentrat untuk mensuplai energi tambahan.
Reference :
Jaya, I Made Adi. 2012. Pemeliharaan Sapi Bunting dan Laktasi. dalam : http://bumipeternakanwahyuutama.blogspot.co.id/2012/06/pemeliharaan-sapi-bunting-dan-laktasi.html
John, Agus. 2011. Pemberian Pakan Fermentasi untuk Pembiakan Kambing. dalam : http://kambingboer.co.id/pemberian-pakan-fermentasi-untuk-pembiakan-kambing/
Mukhlis. Budiyanto. 2013. Pakan Fermentasi untuk Kambing. https://elbudiyanto.wordpress.com/category/usaha-kecil/peternakan-kambing/
Assalaamu'alaikum Wr. Wb. Mhn info bu. Jerami padi diamoniasi apa disilase atau fermentasi nggih?
BalasHapusWa'alaikumsalam wr.wb...
HapusTerima kasih, Bapak/Ibu Ardebala...
Bisa semuanya... Jerami padi bisa di amoniasi, di buat silase bisa juga di fermentasi.
Kalau di amoniasi , maka jerami padinya ditambahkan bahan-bahan yang mengandung amonia, seperti urea.
Kalau di fermentasi, jerami padinya ditambahkan dengan bahan2 fermentasi, seperti EM4, Starbio dll
Sedangkan apabila di buat silase, jerami padinya hanya di awetkan di silo (tempat membuat silase), akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk ditambahkan bahan lain, seperti dedak, molases, EM4 dll untuk meningkatkan kualitas nutrisinya.
Silase murni hanya mengawetkan jerami, sedangkan silase yang diberi tambahan bahan lain seperti diatas bisa meningkatkan kandungan nutrisi jerami.
Proses amoniasi dan fermantasi dapat meningkatkan daya cerna dan meningkatkan kualitas jerami (meningkatkan protein kasar dan menurunkan serat kasar).
Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2017) yang menyatakan bahwa kandungan Protein Kasar (PK) jerami padi sebelum di amoniasi sebesar 3,9%, setelah di amoniasi bisa naik menjadi 10,4%. Kandungan Serat Kasar (SK) jerami padi sebelum di amoniasi sebesar 26,5%, setelah di amoniasi bisa turun menjadi 24,7%.
Menurut Tohir (2017), Proses amoniasi jerami padi akan meningkatkan kandungan gizi terutama protein sampai 300%, Meningkatkan daya cerna sapi sampai dengan 60%, serta mampu meningkatkan kosumsi pakan kambing sampai dengan 40%.
Tohir (2017) juga menambahkan untuk kandungan nutrisi jerami fermentasi juga meningkat. Kadar nutrisi jerami segar dari 6,75% naik menjadi 9,975% protein naik dari 4.002% naik menjadi 9,089% kadar lemak naik dari 1,12% menjadi 2,46%, kadar abu-abu menurun dari 19,75% menjadi 1,95%, serat kadar menurun dari 27,30% menjadi 9,70%, sedangkan BETN (bahan extrat tanpa nitrogen) naik dari 40,19% menjadi 66,65%.
Reference :
Anonim. 2017. Amoniasi jerami sebagai pakan ternak. dalam : http://www.peternakankita.com/amoniasi-jerami-sebagai-pakan-ternak/
Tohir. 2017. Pakan Alternatif Kambing dari Amoniasi Jerami. dalam : http://chyrun.com/pakan-alternatif-kambing-dari-amonisasi-jerami/
Assalmualaikum bu.
BalasHapusSebaiknya pemberian silase ini kepada ternak pada umur berapa? Misal sapi.
Wa'alaikumsalam.wr.wb...
HapusTerima kasih, Bapak Hendro Sulistiyo...
Pada dasarnya pemberian silase merupakan salah satu cara untuk mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau sekaligus memperbaiki kualitas gizi pakan ternak.
Silase sebaiknya diberikan kepada ternak dewasa, khususnya untuk ternak penggemukan (selain pakan utama berupa konsentrat). Misalnya pada sapi umur 2 tahun, kambing umur 5-6 bulan.
Pedet (anak sapi) sebaiknya tidak diberi silase. Hal ini sesuai dengan pendapat Kumar (2001) dalam Nursiam (2011)yang menyatakan bahwa silase pada pedet tidak diperbolehkan karena pedet belum bisa memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
Ternak bunting juga sebaiknya tidak diberikan silase jerami, karena dalam pembuatan silase jerami ini menggunakan proses fermentasi. Berdasarkan pengalaman John (2011), pemberian pakan fermentasi pada ternak kambing yang bunting mengakibatkan kesulitan berdiri, buyutan dan air susu sedikit, bahkan berakibat kematian.
Pemberian silase pada ternak harus dilakukan dengan memperhatikan respon ternak (BPTP Aceh, 2015). Dijelaskan lebih lanjut bahwa Silase mempunyai aroma dan rasa yang khas, maka tidak semua ternak langsung mempunyai respon yang baik.
1. Pengambilan silase harus dilakukan secara hati-hati, silo harus cepat –cepat ditutup agar udara tidak masuk. Silase paling baik disimpan dalam silo yang berukuran sesuai dengan kebutuhan, sekali ambil isi silo habis. Misalnya setiap hari dibutuhkan 100 kg silase, maka kapasitas silo juga 100 kg.
2. Sebelum diberikan pada ternak silase diangin-anginkan terlebih dahulu, jangan diberikan langsung pada ternak.
3. Untuk ternak yang belum terbiasa makan silase, pemberian dilakukan sedikit-sedikit dicampur dengan hijauan segar yang dikurangi secara bertahap. Jika sudah terbiasa silase dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak setiap hari.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat.
Reference :
BPTP Aceh. 2015. Pengawetan Hijauan Dengan Cara Silase untuk Ternak Ruminansia. dalam : http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/714-pengawetan-hijauan-dengan-cara-silase-untuk-pakan-ternak-ruminansia
John, Agus. 2011. Pemberian Pakan Fermentasi untuk Pembiakan Kambing. dalam : http://kambingboer.co.id/pemberian-pakan-fermentasi-untuk-pembiakan-kambing/
Nursiam, intan. 2011. Pemberian Pakan Sapi Pedet Starter dan Grower. dalam : https://intannursiam.wordpress.com/2011/01/10/pemberian-pakan-sapi-pedet-starter-dan-grower/
Maaf pak itu klau tdk diberi zat adiktif apa bisa pak?
BalasHapusMaaf pak itu klau tdk diberi zat adiktif apa bisa pak?
BalasHapusAssalamu'allaikum bu.
BalasHapusUntuk waktu sendiri yang paling tepat untuk permentase jerami padi apabila dicampur rumput gajah itu butuh waktu berapa minggu. Terimakasih.