Bagaimana Cara Mengukur Adopsi itu ?
Adopsi
inovasi dapat diukur dengan beragam tolok ukur (indikator) dan ukuran
tergantung pendekatan ilmu yang digunakan (Mardikanto, 2009). Kibler (1981) dalam Mardikanto (2009)
menyatakan bahwa jika menggunakan pendekatan ilmu pendidikan, adopsi inovasi
dapat dilihat dari terjadinya perilaku atau perubahan sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan yang dapat diamati secara langsung maupun tak langsung.
Mardikanto
(2009) menyatakan bahwa mengukur tingkat adopsi dapat digunakan tiga tolok
ukur, yaitu : 1) kecepatan atau selang waktu antara diterimanya informasi dan
penerapan yang dilakukan, 2) luas penerapan inovasi atau proporsi luas lahan yang
telah “di beri” inovasi baru, serta 3) mutu intensifikasi dengan membandingkan penerapan
dengan “rekomendasi” yang disampaikan penyuluhnya.
Tingkat
persepsi dan adopsi digolongkan menjadi tiga, yaitu 1) tinggi, 2) sedang dan 3)
rendah, penggolongan tersebut menggunakan rumus interval kelas (Dajan,1986
dalam Kushartanti dkk, 2006). Analisis tingkat persepsi dan adopsi menggunakan
penskalaan dengan metode Likert's
Summated Ratings. Berbagai pertanyaan dibuat dalam bentuk pernyataan positif
(jawaban yang diharapkan), pernyataan netral dan pernyataan negatif (jawaban
yang tidak diharapkan) (Azwar, 2002 dalam Kushartanti dkk, 2006). Dijelaskan
lebih lanjut bahwa untuk jawaban yang diharapkan diberi skor 3, jawaban netral
diberi skor 2 dan jawaban yang tidak diharapkan diberi skor 1.
Reference :
Kushartanti,
Ekaningtyas, Tota Suhendrata, Herwinarni Endah Mumpuni dan Cahyati Setiyani.
2006. Persepsi dan Adopsi Petani di Wilayah Desa Miskin Kabupaten Blora
terhadap Inovasi Teknologi Perbibitan Kambing. Temu Teknis Nasional Tenaga
Fungsional Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah,
Ungaran.
Mardikanto,
Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar