Senin, 05 September 2016

Golongan Adopsi Penyuluh Pertanian

Oleh : Nadhifa Husna

Apa saja Golongan Adopsi itu ?
Menurut Ibrahim dkk (2003), berdasarkan kecepatan adopsi terhadap inovasi, adopter atau golongan adopsi dapat digolongkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu : a) golongan perintis (innovator), b) golongan pengetrap dini (early adopter), c) golongan pengetrap awal (early majority), d) golongan pengetrap akhir (late majority), dan e) golongan penolak (laggard).

a. Golongan perintis (Innovator).
Golongan perintis ini jumlahnya tidak banyak dalam masyarakat.  Karakteristik golongan ini gemar mencoba inovasi dan berani mengambil resiko (risk taker) (Ibrahim dkk, 2003).  Dijelaskan lebih lanjut bahwa golongan perintis mempunyai pendidikan rata-rata lebih tinggi dalam masyarakat serta aktif mencari informasi, baik melalui tulisan, audio visual maupun sumber-sumber teknologi secara langsung. Usia golongan perintis setengah baya dan memiliki status sosial yang tinggi, serta ditunjang sumber keuangan yang mapan dan pada umumnya berpartisipasi aktif dalam penyebarluasan inovasi.
b. Golongan pengetrap dini (Early adopter).
            Golongan pengetrap dini mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, gemar membaca buku, suka mendengar radio, memiliki faktor produksi non lahan yang relatif komplit, sehingga dapat menerapkan suatu inovasi (Ibrahim dkk, 2003).  Dijelaskan lebih lanjut bahwa golongan ini memiliki status sosial sedang karena umumnya berusia muda, yaitu berkisar antara 25-40 tahun.  Golongan ini mempunyai prakarsa yang besar, aktif dalam kegiatan masyarakat dan suka membantu pelaksanaan pembangunan di daerah serta dapat dijadikan mitra penyuluh pertanian dalam menyebarkan inovasi, sehingga mempercepat proses adopsi kelompok sosialnya.
c. Golongan pengetrap awal (Early majority).
            Golongan ini dapat menerima inovasi selama inovasi tersebut memberikan keuntungan, berpendidikan diatas rata-rata, mempunyai status sosial ekonomi sedang, memiliki umur lebih dari 40 tahun dan berpengalaman (Ibrahim dkk, 2003).  Dijelaskan lebih lanjut bahwa pola hubungan yang dilakukan cenderung lokal dan kurang giat mencari informasi mengenai inovasi. Keputusan menerima adopsi diperhitungkan dengan teliti, sebab kegagalan penerapan inovasi sangat mempengaruhi kehidupan dan penghidupannya.
d). Golongan pengetrap akhir (Late majority).
            Golongan ini pada umumnya berusia lanjut dan memiliki tingkat pendidikan rendah (Ibrahim dkk, 2003).  Dijelaskan lebih lanjut bahwa status sosial ekonominya sangat rendah dan lambat menerapkan inovasi.  Salah satu faktor penghambat diri dalam penerapan inovasi ini adalah pengalaman pahit pada masa lalu, dengan status ekonomi rendah, kegagalan penerapan suatu inovasi akan mengancam kehidupan dan penghidupannya. Pola hubungan lokal, sehingga ekselerasi penerapan inovasi dapat dilakukan, apabila golongan pengetrap awal juga menerapkan inovasi yang disuluhkan.
e). Golongan penolak (Laggard).
            Golongan ini pada umumnya berusia lanjut, jumlahnya sangat sedikit dan tingkat pendidikannya sangat rendah (Ibrahim dkk, 2003).  Dijelaskan lebih lanjut bahwa status sosial ekonomi sangat rendah dan tidak suka terhadap perubahan-perubahan. Pola hubungan bersifat sangat lokal, jumlahnya sangat sedikit dan sulit diubah perilakunya, sehingga penyuluh mengabaikan golongan ini.
Menurut Rogers and Shoemaker (1971), dijabarkan sebagai berikut : 1)    innovators: sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi, 2)    early adopters (perintis/pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi, 3)    early majority (pengikut dini): 34% yang menjadi para pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi, 4)    late majority (pengikut akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan sosial, terlalu hati-hati, 5)    laggards (kelompok kolot/tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders, sumberdaya terbatas.
 Reference : 
 Ibrahim, Jabal Tarik. Arman Sudiyono dan Harpowo. 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. Banyumedia Publishing, UMM Press, Malang.
Rogers, Everett, M. and F.F. Shoemaker. 1971. Communication of Innovation. Free Press, New York.

3 komentar: