Oleh : Nadhifa Husna
Apa saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi ?
Kecepatan adopsi dipengaruhi oleh
banyak faktor, yaitu : 1) sifat-sifat atau karakteristik inovasi, 2) sifat-sifat
atau karakteristik calon pengguna, 3) pengambilan keputusan
adopsi, 4) saluran atau media yang digunakan, 5) kualifikasi penyuluh dan 6) ragam
sumber informasi (Mardikanto, 1993). Proses
pencapaian tahapan adopsi dapat berlangsung secara cepat ataupun lambat, tergantung
kepada proses perubahan perilaku yang diupayakan (Mardikanto, 2009).
Menurut Soewardi (1987) dalam
Turindra (2009), jika proses pencapaian tahap adopsi melalui
"pemaksaan" (coersion),
biasanya dapat berlangsung secara cepat, tetapi jika melalui
"bujukan" (persuasive) atau
"pendidikan" (learning),
proses adopsi tersebut dapat berlangsung lebih lambat. Dijelaskan lebih lanjut
bahwa ditinjau dari pemantapan perubahan perilaku yang terjadi, adopsi yang
berlangsung melalui proses bujukan dan atau pendidikan biasanya lebih sulit
berubah lagi, sedangkan adopsi yang terjadi melalui pemaksaan, biasanya lebih
cepat berubah kembali, segera setelah unsur atau kegiatan pemaksaan tersebut
tidak dilanjutkan lagi.
Soekartawi
(2005) dalam Prabayanti (2010) menyebutkan terdapat beberapa hal penting yang
juga mempengaruhi adopsi inovasi. Cepatnya proses adopsi inovasi juga sangat
tergantung dari faktor intern dari adopter itu sendiri, antara lain: a) umur,
b) pendidikan, c) keberanian mengambil resiko, d) pola hubungan, e) sikap
terhadap perubahan, f) motivasi berkarya, g) aspirasi, h) fatalisme, i) sistem
kepercayaan tertentu dan j) karakteristik psikologi.
Sehubungan dengan ragam golongan
masyarakat ditinjau dari kecepatannya mengadopsi inovasi, Lionberger (1960) dalam
Kurniadi (2010) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan
seseorang untuk mengadopsi inovasi yang meliputi: a) luas usaha tani, semakin
luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karena memiliki kemampuan ekonomi yang
lebih baik, b) tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani,
petani dengan tingkat pendapatan semakin tinggi biasanya akan semakin cepat
mengadopsi inovasi, c) keberanian mengambil resiko, sebab, pada tahap awal biasanya
tidak selalu berhasil seperti yang diharapkan, karena itu individu yang
memiliki keberanian menghadapi resiko biasanya lebih inovatif, d) umur, semakin
tua (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan
cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh
warga masyarakat setempat, e) tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi
di luar lingkungannya sendiri. Warga masyarakat yang suka bergabung dengan
orang-orang di luar sistem sosialnya sendiri, umumnya lebih inovatif dibandingkan
mereka yang hanya melakukan kontak pribadi dengan warga masyarakat setempat, f)
aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru. Golongan masyarakat yang
aktif mencari informasi dan ide-ide
baru, biasanya lebih inovatif dibanding orang-orang yang pasif apalagi yang
selalu skeptis (tidak percaya) terhadap sesuatu yang baru.
Reference :
Kurniadi,
Ayatullah. 2010. Sistem Adopsi Inovasi. Diakses 25 Desember 2012. http://aatmandai.blogspot.com/2010/10/sistem-adopsi-inovasi.html.
Mardikanto,
Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Mardikanto,
Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Prabayanti, Herning. 2010. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Adopsi Biopestisida oleh Petani Kecamatan Mojogedang Kabupaten
Karanganyar. Skripsi. Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian.
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Turindra, Aziz. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan
Adopsi. Diakses 13 Juni 2013. http://turindraatp.blogspot.com/2009/11/faktor-faktor
-yang-mempengaruhi.html