Oleh : Nadhifa Husna
Apa Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) itu ?
Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) merupakan metode penyuluhan untuk
mengimplementasikan Pengendalian Hama Terpadu (BPK Lenteng Sumenep, 2010). Metode
penyuluhan sekolah lapangan lahir berdasarkan atas dua tantangan pokok, yaitu
keanekaragaman ekologi dan peran petani sebagai manajer (ahli PHT) di lahannya
sendiri (http://lestarimandiri.org,
2012).
Menurut Urip (2012), Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) adalah sekolah yang
diselenggarakan di lapangan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa "Sekolah Lapangan"
tersebut, seperti sekolah pada umumnya, juga mempunyai kurikulum, sistem
evaluasi belajar dan dilengkapi dengan sertifikat kelulusan.
Bagaimana Pelaksanaan Sl-PHT itu ?
Pada
SL-PHT tidak ada istilah murid dan
guru, tetapi istilahnya adalah peserta dan pemandu lapangan, karena dalam
proses belajarnya peserta dipandu untuk mengetahui, memahami, dan menerapkan
PHT sendiri (Urip, 2012). Dijelaskan lebih
lanjut bahwa
SL-PHT diikuti oleh 20 - 25 petani
peserta yang belajar PHT bersama dengan satu atau dua Pemandu Lapangan. Tempat
belajar utama SL-PHT adalah lahan pertanian. Menurut http://lestarimandiri.org (2012), lahan/lapangan dan ekologi pertanian
setempat yang hidup dan dinamis merupakan sarana belajar utama SL-PHT dan
jika diperlukan sarana lain adalah ”Petunjuk Teknis”, yaitu petunjuk/pedoman langkah-langkah
proses belajar.
Apa Ciri-ciri SL-PHT itu ?
Menurut BPK Lenteng
Sumenep (2010), Ciri-ciri
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu adalah sebagai berikut :
a)
Petani dan Pemandu adalah warga belajar dan saling
menghormati;
b)
Perencanaan bersama oleh kelompok tani;
c)
Keputusan bersama oleh anggota kelompok tani;
d) Cara belajar lewat
pengalaman/Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi);
e)
Melakukan sendiri, mengalami sendiri, dan menemukan sendiri;
f)
Materi pelatihan dan praktek terpadu di lapangan;
g)
Sarana belajar adalah lapangan usahatani (Agroekosistem);
h)
Pelatihan selama satu siklus perkembangan tanaman (sesuai
fenologi tanaman);
i)
Kurikulum yang rinci dan terpadu;
j)
Sarana serta bahan mudah dan praktis, serba guna, dan
mudah diperoleh dari lapangan;
k)
Demokratis, kebersamaan, keselarasan, partisipatif dan
tanggung jawab.
Apa Prinsip PHT dalam SL-PHT itu ?
Ada
4 (empat) prinsip manajemen yang mendasari PHT (Urip, 2012).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa keempatnya bersifat luwes dapat digunakan di mana saja,
disesuaikan dengan daerah dan lahan setempat. Keempat prinsip tersebut adalah :
a) Budidaya Tanaman Sehat, yaitu :
Memilih
bibit yang sehat dari varietas yang cocok dengan kondisi setempat, Mengelola kecukupan pengairan dan
pemupukan yang berimbang, Mengelola gulma secara rasional.
b) Pelestarian
Musuh Alami, yaitu : Menemukan, mengenali dan mengamati
musuh-musuh alami (teman petani/mitra tani) di lahan, Memelihara keseimbangan lingkungan
lahan-lahan agar populasi musuh alami dapat berkembang. Jangan gunakan
Pestisida yang membunuh musuh alami.
c). Pengamatan Berkala, yaitu : Mengamati
secara berkala kondisi tanaman, air, cuaca, organisme pengganggu tumbuhan
(OPT), dan musuh alami, Menganalisis keadaan dan membuat keputusan dengan
membandingkan potensi kehilangan hasil dengan ongkos pengelolaan.
d). Petani Ahli PHT yaitu : Petani
menguasai teknologi PHT dan mampu menerapkan prinsipPHT serta bertanggung-jawab
terhadap lahannya sendiri.
Apa Azas-azas SL-PHT itu ?
Menurut BPK Lenteng
Sumenep (2010), Azas-azas SL-PHT adalah sebagai berikut : a). Lahan sebagai sarana belajar utama
SL-PHT; b) Keterampilan PHT adalah keterampilan
terapan, oleh karena itu hampir 80% dari waktu keseluruhan kegiatan digunakan
langsung di lapangan/lahan, bukan di kelas; c) Cara belajar lewat pengalaman/siklus
belajar PHT; d) Setiap
kegiatan dimulai dengan penghayatan/praktek secara langsung, kemudian
mengungkapkan pengalaman, pengkajian hasil dan menyimpulkan. Siklus ini
dilakukan pada semua kegiatan/acara SLPHT; e) Pengkajian Agroekosistem; f) SL-PHT terpola dalam siklus mingguan
(sesuai fenologi tanaman) dimana setiap unsur agroekosistem dikaji secara
sistematis dan mendalam; g) Metode serta bahan praktis dan tepat guna; h) Setiap kegiatan SLPHT beserta bahan
penunjangnya dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat diterapkan langsung oleh
para petani di lahannya; i) Kurikulum berdasarkan ketrampilan yang dibutuhkan dan sesuai
analisis ketrampilan di lapangan.
Reference :
BPK Lenteng Sumenep. 2010. Pedoman Umum Sekolah Lapangan
Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Tanaman Hortikultura. http://bpplentengsumenep. blogspot.com/2010/12/pedoman-umum-sekolah-lapangan.html. Diakses tanggal 6 Juni 2014.
http://lestarimandiri.org. 2012. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu. http://www.lestarimandiri.org/id/slpht.html. Diakses tanggal 6 Juni 2014.
Urip, SR. 2012. Sekolah Lapangan PHT. http://saungurip.blogspot.com/ 2012/01/sekolah-lapangan-pht.html. Diakses tanggal 6 Juni 2014.
Sumber gambar : Dokumentasi pribadi (2014) @ SL-PHT Bawang Merah Desa Jatirejo Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal