Oleh : Nadhifa Husna
Bagaimana Pola Tanam Bawang Merah itu ?
Pola
tanam bawang merah disesuaikan dengan tujuan penanaman, yaitu bawang merah
konsumsi dan bawang merah bibit (Karno, 2011).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa rotasi tanam sangatlah penting serta pengelolaaan
tanam secara serempak akan menjamin kesuburan tanah dan pengendalian hama dan
penyakit. Produktifitas lahan yang tinggi perlu diupayakan dengan menjaga tanah
tidak boleh dibiarkan memiliki salinitas tinggi dan drainase jelek.
Bagaimana Pengolahan Tanah Bawang Merah itu ?
Pengolahan
tanah pada umumnya dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan
cocok untuk budidaya bawang merah (Karno, 2011).
a. Pemanfaatan lahan berat (struktur liat)
Tanah
liat memiliki daya pegang yang kuat terhadap air, maka pembuatan got/saluran
drainase memegang peranan penting bagi pertumbuhan bawang merah (Karno,
2011). Dijelaskan
lebih lanjut bahwa pembuatan
got keliling, got antar bedengan, kedalaman got dan lebar bedengan harus mampu
menjamin kelembaban tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh bawang merah.
Menurut Karno (2011), pada umumnya pengolahan tanah pada tanah liat adalah dengan
menggunakan sistim cemplong dengan pengolahan sebagai berikut:
a. Tanah dicangkul atau dibajak tipis
b. Pembuatan got keliling dengan lebar
40 cm dan kedalaman 90-100 cm.
c. Cemplong (got) jarak antar
bedengan 60 cm dan dalam 30 – 40 cm dan tanah dinaikkan ke atas petak.
Sedangkan lebar bedengan 2900 cm.
d. Cecel (kecrik) pada tanah yang telah
dinaikkan dari tanah hasil cemplong yang telah dikeingkan.
e. Cecel II (kecrik II) pada
tanah yang telah dikecrik I sehingga diperoleh gumpalan tanah yang lebih kecil.
f. Perataan tanah dengan cangkul
sehingga diperoleh hasil tanah yang bertekstur remah.
g. Sosrok, membuat jarak tanam yang
disesuaikan dengan diameter umbi bibit, makin besar umbi bibit maka makin
jarang jarak tanam.
b. Pemanfaatan lahan ringan (struktur berpasir)
Menurut Karno (2011), tanah ringan memiliki sifat kemampuan ikat pada air lebih
kecil, maka pemanfaatan lahan dapat menggunakan sistem bedeng dengan kedalaman saluran
drainase yang lebih dangkal dan lebar saluran drainase yang lebih sempit. Dijelaskan lebih lanjut bahwa pembuatan got keliling harus lebih
dalam dari pada saluran drainase antar bedengan guna menampung lapisan tanah
atas yang ikut larut selama pengairan lahan tanaman bawang merah.
a. Tanah dicangkul/dibajak sedalam 30
cm, dan dipetak-petak
b. Bedengan dibuat dengan ukuran 1 – 2
m dan panjang disesuaikan.
c. Dibuat parit tepi (saluran drainase)
di sekeliling
petak dengan ukuran lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm.
d. Got (saluran air) dalam petak, lebar
50 cm dan dalam 40 cm.
e. Tanah diratakan dan dibuat bagian
tengan agak tinggi (geger welut)
f. Membuat jarak tanam disesuaikan
dengan diameter bibit, makin besar bibit maka lebih besar jarak tanam. Menurut Noor
(2012), jarak tanam bawang merah sekitar 20 cm x 15 cm atau 15 cm x 15 cm. Dijelaskan
lebih lanjut bahwa pemberian pupuk kandang pada pengolahan tanah sekitar 10-20
ton/ha.
Bagaimana Penanaman Bawang Merah itu ?
Menurut Karno (2011), sebelum dilakukan penanaman maka perlu dilakukan perlakuan
pemotongan ujung umbi. Dijelaskan lebih lanjut bahwa pemotongan ujung umbi bibit ini
dimaksudkan untuk membuang penghambat tumbuh tunas umbi yang berada pada
ujung umbi. Pemotongan ujung umbi ditentukan atas dasar lama penyimpanan
bibit atau masa dormansi. Besar pemotongan ujung umbi ditentukan oleh varietas
dan lama penyimpanan, semakin lama masa penyimpanan maka semakin sedikit
pemotongan ujung umbinya.
Tabel 1. Panjang Pemotongan Ujung Umbi Bawang Merah
No.
|
Varietas
|
Lama penyimpanan
Bulan
|
Panjang pemotongan ujung Umbi
|
1.
|
Ex.
Philipina
|
1
– 2
|
Dipotong
30 %
|
|
|
3
– 4
|
Dipotong
20 %
|
|
|
4
– 6
|
Dipotong
10 %
|
|
|
7
– 8
|
Dibuang
kuncupnya
|
|
|
|
|
2.
|
Bauji
|
1
|
Dipotong
20 %
|
|
|
2
|
Dipotong
10%
|
|
|
3-4
|
Dibuang
kuncupnya
|
Sumber :
Karno (2011)
a. Pembuatan lubang tanam
Pembuatan
lubang tanam dengan menggunakan sosrok dengan kedalaman disesuiakan
dengan panjang bibit, semakin panjang ukuran bibit maka semakin dalam pembuatan
lubang, demikian sebaliknya (Karno, 2011).
b. Pembenaman
Pembenaman
umbi diupayakan sampai ¾ bagian umbi masuk kedalam lubang yang telah disiapkan
sebelumnya. Jarak tanam pada musim kemarau 15 x 15 cm dan pada musim hujan 15 x
20 cm (Karno,
2011). Ujung umbi bagian atas tampak rata dengan
permukaan tanah (Noor, 2012).
c. Perlakuan bibit
Sebelum
umbi dibenamkan dapat dilakukan pencampuran dengan PGPR, 2 jam sebelum tanam
bibit bawang merah yang siap ditanam disemprot merata dengan
larutan PGPR dengan dosis 10 cc/ltr air (Karno, 2011). Dijelaskan lebih lanjut bahwa hal ini digunakan sebagai perangsang
tumbuh juga untuk mengendalikan penyakit akar dan moler.
PGPR
(Plant Growth Promoting Rizobacteria)
adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman (Hogantara,
2013). Dijelaskan
lebih lanjut bahwa bakteri
tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman
keberadaan mikroorganisme
ini akan sangat menguntungkan. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses
fisiologi tanaman dan pertumbuhannya.
Bagaiman Pemupukan Bawang Merah itu ?
Dosis
pemupukan bervariasi tergantung dengan situasi setempat (Karno,
2011). Pupuk Organik diberikan saat
pengolahan tanah dengan dosis 10 -20 ton/ha (Noor, 2012). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pupuk anorganik
diberikan saat tanaman berumur 10-15 hari dengan dosis 90-120 kg/ha P, 120-150
kg/ha N, dan 100-120 kg/ha K.
Menurut Karno (2011), apabila kelebihan Urea atau ZA dapat mengakibatkan leher
umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, akan tetapi jika kurang, pertumbuhan
terhambat dan daunnya menguning pucat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kekurangan KCl juga dapat menyebabkan
ujung daun mengering dan umbinya kecil. Pemupukan dapat diberikan sebanyak
tiga kali, yaitu satu kali pupuk dasar dan dua kali pupuk susulan (Tabel 1.).
Tabel 2. Pemupukan Bawang Merah
No
|
Pemupukan
|
Jenis
|
Dosis
|
Aplikasi
|
1.
|
Dasar
|
Organik/bokashi
|
2
– 5 ton/ha
|
Sebelum/saat
tanam
|
|
|
Urea
|
20
– 40 kg/ha
|
Sebelum/saat
tanam
|
|
|
ZA
|
70
– 150 kg/ha
|
Sebelum/saat
tanam
|
|
|
SP-36/superphost
|
150
– 250 kg/ha
|
Sebelum/saat
tanam
|
|
|
atau
|
|
|
|
|
NPK (15-15-15)
|
200
kg/ha
|
Sebelum/saat
tanam
|
|
|
|
|
|
2.
|
Susulan I
|
Urea
|
50
– 90 kg/ha
|
14
hari setelah tanam
|
|
|
ZA
|
100
– 200 kg/ha
|
14
hari setelah tanam
|
|
|
KCl
|
100
– 140 kg/ha
|
14
hari setelah tanam
|
|
|
Atau
|
|
|
|
|
NPK (15-15-15)
|
200
kg/ha
|
14
hari setelah tanam
|
|
|
|
|
|
3.
|
Susulan II
|
Urea
|
30
– 70 kg/ha
|
28
hari setelah tanam
|
|
|
ZA
|
70
– 150 kg/ha
|
28
hari setelah tanam
|
|
|
KCL
|
120
- 170 kg/ha
|
28
hari setelah tanam
|
|
|
Atau
|
|
|
|
|
NPK (15-15-15)
|
150
kg/ha
|
28
hari setelah tanam
|
|
|
|
|
|
Total
pemupukan
|
Jenis
|
Jumlah
|
|
|
|
Organik/bokashi
|
2
– 5 ton/ha
|
|
|
|
Urea
|
100
– 200 kg/ha
|
|
|
|
ZA
|
240
– 500 kg/ha
|
|
|
|
SP-36/Superphost
|
150
– 250 kg/ha
|
|
|
|
atau
|
|
|
|
|
NPK (15-15-15)
|
550
kg/ha
|
|
Sumber :
Karno (2011)
Bagaiman Perawatan Bawang Merah itu ?
Perawatan
tanaman
bawang merah meliputi
pembenahan bibit, penyiangan, pendangiran, pembenahan tembok/galeng bedeng,
pengairan dan pemberantasan OPT (Karno, 2011).
a.
Pembenahan bibit
Pembenahan umbi bibit segera dilakukan jika terdapat bibit
yang tidak berada pada lubang tanam akibat pendistribusian air (ebor),
atau bibit yang terbalik dan bibit yang tidak dapat tumbuh karena
kesalahan pemotongan ujung (bodong), hal ini bibit dapat dipotong ulang atau
diganti bibit yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b.
Penyiangan
Penyiangan perlu dilakukan jika
terdapat tumbuhan pengganggu. Hal ini agar tanaman agar tanaman terlindungi
dari gangguan rumput-rumput liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman bawang
merah (Karno,
2011).
Gulma/rumput dapat menganggu tanaman
utama karena a) Terganggunya perakaran tanaman, b) Terganggunya penyerapan unsur
hara/persaingan makan, c) Terganggunya ekologi mikro (sinar matahari
terganggu dan kelembaban tinggi) dan d) Dapat menjadi inang hama dan penyakit
bawang merah.
c.
Pendangiran
Pendangiran
dilakukan dengan tujuan agar tanah disekitar pertanaman tetap gembur sehingga
penetrasi akar menjadi mudah, mengatur kelembaban tanah dan mempertiinggi
jumlah pori-pori tanah sehingga udara dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan
pernafasan bawang merah (Karno, 2011).
Menurut Karno (2011), dalam melakukan pendangiran perlu dilakukan secara hati-hati
agar tanaman tidak terungkit keluar atau tanaman menjadi layu, dan diupayakan
kedalaman cukup serta tanah hasil pendangiran dibumbunkan dipangkal
batang tanaman bawang merah, agar batang berubah menjadi besar dalam
bentuk umbi.
Pendangiran
sebaiknya dilakukan pada fase pertumbuhan batang, yaitu setelah umur 20 hari
setelah tanam, yaitu dengan cara 2 s/d 3 sebelum dan sesudah pendangiran
pemberian air dihentikan. Pendangiran tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan
pemberian pupuk susulan ke II, agar pupuk terbenam kedalam tanah.
d.
Pembenahan tembok galeng
Pembenahan
tembok galeng pada bedengan perlu dilakukan agar : a) Mencegah erosi permukaan akar, b) Mencegah larutnya pupuk dari media tanam, c) Mencegah
rusaknya petakan media tanam, d) Dapat menampung air yang diberikan pada saat
ebor (Karno,
2011). Dijelaskan
lebih lanjut bahwa pembenahan
tembok galeng ini perlu dilakukan setiap saat terjadi kerusakan sampai
menjelang masa panen.
e.
Pengairan
Menurut Karno (2011), pemberian air dilakukan berdasar fase pertumbuhan bawang
merah, seperti diketahui bawang merah terdapat tiga fase pertumbuhan, yaitu :
1.
Fase pertumbuhan awal (0 – 10
hari setelah tanam)
Pada
fase pertumbuhan awal pengairan diberikan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan
sore hari. Penyiraman di pagi hari diusahakan sepagi mungkin di saat daun
bawang merah masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit.
Penyiraman sore hari dapat dihentikan jika prosentase tanaman tumbuh telah
mencapai lebih 90 %.
Air
yang digunakan diusahakan bebas dari penyakit bawang merah juga dihindari air
dengan salinitas tinggi, dan tinggi permukaan air dalam canal (got)
dipertahankan 20 cm dari permukaan bedeng tanaman.
2.
Fase pertumbuhan vegetative (11 – 35
hari setelah tanam)
Penyiraman
atau pengairan dilakukan satu hari sekali yaitu pada pagi hari, dan jika ada
hujan rintik-rintik dan ada serangan thrips dilakukan penyiraman pada siang
hari.
3.
Fase pembentukan umbi (36 – 50 hari
setelah tanam)
Pada
fase ini dibutuhkan air yang cukup untuk pembentukan umbi, maka pada musim
kemarau perlu dilakukan pengairan sehari dua kali, yaitu pada pagi dan sore
hari.
4.
Fase pematangan umbi (51 – 65 hari
setelah tanam)
Pada
fase ini tidak dibutuhkan banyak air maka penyiraman dapat disesuaikan dengan
keadaan tanaman.
Gambar 1. Lahan praktek SL_PHT Bawang Merah
Reference :
Karno. 2011.
Budidaya Bawang Merah. dalam: http://epetani.deptan. go.id/budidaya/budidaya-bawang-merah-2587.
Diakses tanggal 30 Mei 2014.
Noor, Isran. 2012.
Buku Pintar Penyuluh Pertanian. Perhimpunan Penyuluh Pertanian
Indonesia, Jakarta.
Sumber gambar :
Dokumentasi pribadi (2014) @ SL-PHT Bawang Merah Desa Jatirejo Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal